Translate

Kamis, 11 September 2014


Sejarah Musik Gereja


 

Erik Routley menulis  sesuatu  yang menarik didalam bukunya Twentieth Century Church Music :  “Musik Gereja telah mendapat perhatian yang serius dibanding dengan jenis musik yang lain, karena terbukti bahwa para komposer musik gereja yang menuliskan karya-karya untuk gereja adalah musikus yang hebat dan mempunyai kreativitas dan imajinasi yang luar biasa.  Di samping itu juga masa dimulainya suatu musik (sesudah abad ke 16 merupakan masa konflik ) yang mencoba melepaskan diri dari kekangan biara dan memulai suatu usaha untuk menunjukkan jati dirinya sehingga dapat eksis bersama dengan seni yang lain.”  Pernyataan ini telah memberikan suatu gambaran bahwa musik gereja telah melalui berbagai macam ujian untuk eksis di dunia.  Dan perjalanan yang panjang ini membuktikan bahwa eksistensi Musik Gereja itu berkaitan dengan perjalanan Gereja dan tidak dapat dipisahkan dengan gereja.  Keterikatannya dengan Gereja yang terutama adalah  perannya dalam liturgi yang dengan kalimat yang gamblang adalah fungsi dan tujuannya dalam ibadah Gereja.  Itulah sebabnya Dr. Donald J. Hustad dalam bukunya Jubilate mengungkapkan bahwa Musik Gereja adalah Musik Fungsional (Functional Music). 
Dalam hal ini berarti tidak ada musik gereja yang netral, karena mempunyai visi dan misi yang jelas terlihat melalui fungsi dan tujuannya.  Juga pernyataan ini juga membuktikan tidak ada musik yang netral dalam dunia ini.  Setiap musik yang ditulis secara sadar atau tidak mempunyai tujuan dan fungsi.

Oleh sebab itu artikel ini ditulis dengan lebih memperhatikan fungsi musik dalam ibadah yang dipengaruhi oleh budaya, sejarah Gereja, sejarah musik dll.  Tentu saja akan dibahas secara singkat tentang hubungannya dengan Alkitab yang memberikan gambaran singkat tentang Peran Allah sebagai Pencipta musik dan hubungannya dengan musik, sehingga memberikan penjelasan betapa pentingnya musik itu bagi Allah dan bagi kita.

Selanjutnya dengan tidak mengurangi arti dan peran sejarah dan budaya harus juga di bicarakan tentang budaya awal yang mempengaruhi perjalanan musik, yaitu dari budaya Israel kuno dan kemudian pada masa Perjanjian Baru harus menelusuri budaya Yunani yang dominan diseluruh kerajaan Romawi hinga masa ini.  Hal inilah yang membuat sejarah musik gereja sangat kompleks dan kadang2 sulit untuk dipahami serta unik.

ASAL-USUL   MUSIK

Bagi Bangsa Israel dan juga bagi bangsa2 yang lain  musik adalah bagian yang vital baik pada masa lalu maupun pada masa sekarang.  Karena ia adalah sarana untuk mengkomunikasikan perintah, mewadahi upacara ritual dan keagamaan, dan juga sebagai alat penghibur.  Berdasarkan penemuan benda2 kuno dan teks2 kuno terungkap bahwa musik Bangsa Israel kuno/ Palestina dan sekitar Asia Timur menyatu hampir di seluruh aspek kehidupan masyarakatnya.  Pengorbanan, perayaan kemenangan, dan aktivitas nubuatan merupakan beberapa contoh yang menunjukkan peranan musik di dalamnya.
 Sehubungan dengan asal usul musik semua bapak gereja maupun para ahli teologia setuju bahwa musik merupakan anugerah Allah kepada manusia.  Namun bagi  orang yang memegang keyakinan secara alegory, berdasarkan Yehezkiel 28:11-19 percaya bahwa yang dibicarakan pada bagian ini adalah tentang Lucifer yang merupakan direktur musik yang ingin memberontak kepada Alah,  sehingga musik masuk ke dunia dan mempengaruhi musik yang bersifat kudus menjadi musik yang profane. Namun apapun yang diyakini oleh setiap orang, orang kristen percaya bahwa musik berasal dari Allah.

Bila membicarakan asal-usul musik semua bangsa kuno percaya bahwa musik itu berasal dari dewa-dewa.   Bahkan istilah  ‘Musik’ berasal dari  nama 9 dewi mitologi Yunani yang menguasai 9 cabang seni, termasuk musik.  Karena musik berasal dari para dewa, maka bangsa-bangsa kuno percaya bahwa musik mempunyai kuasa atau kekuatan supranatural jika dimainkan atau didengarkan. Hal ini juga dibuktikan oleh Alkitab. Sebagai contohnya adalah kisah Daud yang menyembuhkan Saul dari gangguan iblis dengan permainan kecapinya  (I Samuel 16:14-23). Berdasarkan keyakinan ini bangsa kuno percaya bahwa mereka yang mempunyai kemampuan untuk memainkan musik dianggap setengah dewa atau mempunyai hubungan yang dekat dengan para dewa, sehingga mereka mendapat tempat yang istimewa dalam masyarakat.

MUSIK DALAM PERJANJIAN LAMA

Istilah  nyanyian, menyanyi dan musik dalam Perjanjian Lama dipergunakan untuk menjelaskan nyanyian yang dipergunakan untuk memuji Alah, dalam suasana yang penuh dengan kekhidmatan dan hidup, nyanyian yang dipersembahkan kepada Allah dengan penuh perasaan,  nyanyian yang merupakan bau-bauan yang harum bagi Alah.  Dalam hal ini fungsi musik dalam Perjanjian Lama adalah musik ibadah. 
Karena fungsinya yang lebih dominan dalam ibadah, maka ia harus dilakukan dengan benar, tidak sembarangan, dan harus dipisahkan atau dibedakan dari musik dunia/sekuler dan pemujaan dewa atau kultus individu.  Bahkan ada beberapa referensi dalam Alkitab yang menjelaskan bahwa ada musik yang baik dan ada musik yang berbahaya.  Sebagai contoh musik yang tidak baik dapat dibaca dalam kitab Ayub 30:8-10 ketika Ayub menjawab pernyataan Bildad bahwa tidak ada seorangpun yang benar di hadapan Tuhan :”  ...  Tetapi sekarang aku menjadi sajak sindiran dan ejekan mereka ...”   Pernyataan ini memberi bukti bahwa musik dapat dipakai untuk hal-hal yang buruk.

Contoh musik yang baik dapat dilihat melalui pengalaman nabi Elisa dalam II Raja-Raja 3:15-16  yang memperlihatkan pengaruh spiritual musik dan pengaruhnya bagi para pendengarnya : ”Maka sekarang, jemputlah bagiku seorang pemetik kecapi.  Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan Tuhan meliputi dia .... “ Melalui musik yang dimainkan oleh pemain kecapi, yang merupakan alat komunikasi, Elisa telah dimampukan oleh Allah untuk menolong Raja Yosafat.

Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa musik juga berperan dalam kehidupan masyarakat, dimana dalam perayaan yang bersifat keagamaan maupun di luar itu musik juga sangat berperan. Karena tidak ada perayaan atau pesta yang tidak menggunakan musik.


Sebagaimana bahasa, musik juga merupakan bentuk komunikasi yang penting. Alkitab dalam bahasa Ibrani ditulis dalam bentuk nyanyian yang diilhami oleh Roh Kudus mempunyai prinsip komposisi musik yang dapat dilihat melalui struktur metriknya. Maksud dari bentuk metrik ini adalah untuk dinyanyikan seperti juga Mazmur dengan diiringi oleh alat musik petik semacam harpa. Karena banyak ahli teologia yang percaya bahwa seluruh Alkitab dalam bahasa Ibrani dapat dibaca dengan dinyanyikan. Berdasarkan pemikiran bahwa Alkitab Ibrani ditulis dan dirangkai berdasarkan suatu struktur musikal banyak ahli arkeologi yang melakukan penyelidikan dan menemukan suatu sistem penulisan musik Ibrani, yang disebut  sistem 19 graphemes (19 bunyi).

Menurut Suzanne Haik-Vantoura  salah seorang yang dengan gigih menyelidiki sistem ini digunaan sebagai bunyi musikal lebih dari 5000 ayat Perjanjian Lama.  

 Gambar di bawah ini adalah contoh bagaimana menggunakan sistem bunyi tersebut. Bagian bawah adalah sistem 19 graphemes yang diyakini sebagai notasi dari ayat ini

Melalui suatu research yang mendalam ditemukan bahwa Melodi dan struktur Metrik dari Alkitab Ibrani meneguhkan pendapat adanya inti kesatuan dalam setiap buku yang terdapat dalam Alkitab.  Sistem bunyi inilah yang mengikat seluruh buku dalam Alkitab menjadi suatu kesatuan yang utuh.

Meskipun sistem notasinya sudah ditemukan namun cara membunyikannya yang benar masih dalam penyelidikan.  Ada kemungkinan mirip dengan nyanyian atau musik dari beberapa suku terasing yang terdapat di daerah Afrika dan Asia.

Mazmur yang disebut sebagai Biblical Psalms dinyanyian setiap hari di Bait Allah. Cara lain untuk menyanyikan dan memainkan musik adalah dengan Responsorial Chant;  dimana para pemimpin Lewi menyanyikan (chanting) mazmur dengan iringan berbagai instrumen musik, menyanyikan satu baris dan jemaat akan menyambung dengan menyanyikan ayat selanjutnya dan seterusnya.  Cara lain  adalah bait mazmur dinyanyikan /chant oleh satu orang dari mimbar dan sebagai respon jemaat menyanyikan bagian refrainnya.

Jelas sekali bahwa musik dalam Perjanjian Lama mempunyai peran penting bagi kehidupan keagamaan orang Israel  dan fungsinya adalah untuk mengagungkan Allah dan berkomunikasi baik dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

BUKU NYANYIAN TUHAN YESUS

    Tentu saja orang-orang Kristen yang mula-mula menyanyikan mazmur-mazmur dan pujian-pujian lain yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Dengan kata lain,mereka bernyanyi dalam budaya Yahudi. Alkitab memberi tahu bahwa setelah Perjamuan Terakhir, Yesus menyanyikan sebuah nyanyian pujian bersama para murid-muridNya (Matius 26:30 bnd Markus 14:26); kemungkinan besar yang dinyanyikan adalah Mazmur 113-118, yang secara tradisional dinyanyikan pada perayaan Paskah. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid II (hal.121) menjelaskan “Buku doa (Mazmur) inilah nampaknya yang Dia (Yesus) pakai dalam kebaktian sinagoge, dan buku nyanyianNya dalam perayaan Bait Suci.”

Dalam Matius 26:30 dicatat bahwa “Sesudah mereka menyanyikan nyanyian pujian, pergilah mereka ke Bukit Zaitun.” Terjemahan KJV (King James Version) : And when they had sung an hymn, they went out into the mount of Olives. Terjemahan Yunani : kai {dan} humnê`easantes {menyanyikan `hymne`} exê`ealthon {mereka pergi} eis {ke} to oros {gunung/ bukit} tô`f4n elaiô`f4n {zaitun}.
    Kitab Talmud Yahudi menjelaskan adanya tradisi menyanyikan mazmur dalam Bait Allah kedua. Rupanya Tuhan Yesus dan para muridNya masih memakai kitab ini sebagai buku doa dan songs book mereka.
 
TIGA JENIS NYANYIAN GEREJA MULA-MULA

    Rasul Paulus membantu kita untuk mengenal jenis lagu yang beredar ketika gereja mula-mula lahir. Dia mencatatnya dalam Efesus 5:19 : “dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.” Terjemahan KJV : Speaking to yourselves in psalms (Yun : psalmois) and hymns (Yun : humnois) and spiritual songs (Yun : ô`f4dais), singing and making melody in your heart to the Lord. Tiga jenis nyanyian ini pun ditulis lagi dalam Kolose 3:16 sebagai : Mazmur, Puji-pujian  dan Nyanyian rohani.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa “Mazmur", Yunani:  dari kata  (memetik dengan jari), adalah syair yang dinyanyikan, biasanya diiringi dengan musik. Sedangkan "Kidung puji-pujian", Yunani  dari kata •`5f•`5f•`5f•`5f - hudeô`f4 (mengadakan peringatan, perayaan), adalah lagu yang berisi pujian kepada Allah, pahlawan, orang-orang besar. Seperti yang ditulis di atas, saat sebelum kematianNya, Yesus Kristus pun "menyanyikan kidung puji-pujian" bersama dengan para muridNya, satu hari sebelum ke taman Getsemani di bukit Zaitun.

Nasehat Yakobus kepada jemaat di Yerusalem bahwa kalau seseorang bergembira, baiklah ia menyanyi merupakan hal biasa dilakukan jemaat mula-mula sebagai ekspresi syukur dan sukacita mereka.

Tetapi sebaliknya dalam Kisah Para Rasul 16:25 ditulis bahwa Paulus dan Silas malah menyanyikan puji-pujian di dalam penjara di Filipi. Dalam terjemahan KJV : And at midnight Paul and Silas prayed, and sang praises unto God: and the prisoners heard them. Dalam bahasa Yunani diterjemahkan jenis nyanyian yang dikumandangkan mereka adalah Hymne atau Kidung Pujian (Yunani : humnoun = menyanyikan nyanyian pujian `hymne)`.
Seperti apakah puji-pujian ini? Tidak mungkin kita mengatakannya dengan pasti, namun dapat dipastikan bahwa mereka menyanyikan pujian    ang memuliakan namaNya, sekaligus lagu ini sebagai ungkapan rasa syukur mereka kepada Tuhan dalam segala hal yang mereka alami. Tentu dalam keadaan seperti itu, pujian yang dinaikkan bukan hanya di bibir saja, tetapi keluar dari hati mereka, bahkan mereka menyanyi dengan suara yang nyaring karena “orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.” Dan Allah tunjukkan KuasaNya pada mereka dengan cara melepaskan mereka dari penjara. Ada kuasa di atas kidung Pujian (Hymne) juga.

Nah kalau arti "Nyanyian Rohani", Yunani  adalah istilah umum untuk "lagu". Untuk membuat kata ini menjadi lebih spesifik biasanya ditambahkan keterangan seperti `ô`f4dê`ea pneumatikos`, "lagu rohani"; `ô`f4dê`ea kainos`, "nyanyian baru" (Wahyu 5:9;14:3); `ô`f4dê`ea mô`f4seus`, "nyanyian Musa" (Wahyu 15:3). Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini jilid 3 (hal. 681) dijelaskan : “Bruce menyarankan bahwa yang pertama (Kidung pujian) boleh jadi adalah nyanyian puji-pujian dan kedua (Nyanyian rohani) adalah nyanyian-nyanyian yang tidak direncanakan lebih dahulu.”

Lukas mencatat sejumlah nyanyian yang terbit dengan spontan. Nyanyian-nyanyian ini begitu penuh sukacita sehingga sering kali diulang oleh orang-orang Kristen yang mula-mula. Nyanyian-nyanyian ini juga terdapat di antara nyanyian yang dinyanyikan dewasa ini. Di antaranya terdapat: "Magnificat” (bahasa Latin : Magnificat anima mea Dominum), nyanyian pujian dari Maria ketika mendengar bahwa ia akan melahirkan Sang Juruselamat (Lukas 1:46-55); "Benedictus”, sukacita Zakharia atas kedatangan sang Mesias (Lukas 1:66-79); “Nunc Dimittis”, ucapan syukur Simeon yang penuh sukacita karena pada akhimya Juruselamat telah datang (Lukas 2:29-32) dan "Gloria in Excelsis," nyanyian pujian para malaikat kepada Allah (Lukas 2:14). Lagu “Gloria in Excelsis” ini untuk pertama kalinya didengar dalam bentuk paduan suara malaikat. Tetapi lambat laun umat Kristen menyanyikannya juga. Lagu ini telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi salah satu lagu kesayangan umat Kristen. Sejarah gereja mencatat bahwa banyak martir yang menghadapi kematian sambil mendendangkan lagu ini di bibir mereka.

Perbedaan isi dari Kidung Pujian (Hymne) dan Nyanyian/Lagu Rohani dijelaskan oleh Warren W. Wiersbe sebagai berikut : “Puji-pujian adalah nyanyian pujian bagi Allah yang ditulis oleh orang-orang percaya yang tidak diambil dari kitab mazmur…`85Lagu-lagu rohani adalah ungkapan kebenaran Alkitab selain mazmur dan puji-pujian. Bila kita menyanyikan puji-pujian, kita mengungkapkannya kepada Tuhan; bila kita menyanyikan lagu rohani, kita mengungkapkannya kepada sudara-saudara seiman kita.” Walau komentar ini tidak sepenuhnya dapat dibuktikan, namun bisa memperkaya wacana kita akan jenis lagu-lagu tersebut.

Nyanyian umat tebusan di Surga dalam Wahyu 4:11dan 5:9-14 kemudian dijadikan lirik  pada gereja mula-mula, "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat, dan kuasa, sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan," dan seterusnya.

Lagu-lagu Kristen mula-mula lainnya ditulis sesudah masa penulisan kitab Perjanjian Baru.
Clement I (±`b1 30-96 M) dari Roma (beda dengan Clement dari Alexandria), yang adalah murid dari rasul Petrus dan Paulus, membantu menyelesaikan perselisihan di jemaat Korintus melalui suratnya Surat Kepada Umat di Korintus, salah satu pasal-pasal yang paling menyolok dalam surat tersebut adalah puji-pujian terhadap keseimbangan alam di bumi. 

Clement, sebagai seorang Paus, seorang mistis, dan sekaligus seorang seniman dalam hatinya, menyaksikan dunia yang dipenuhi oleh kemuliaan Tuhan: hasil ciptaan yang mencerminkan persatuan dan keharmonisan Trinitas Maha Kudus, dan menunjukkan suatu model bagi persatuan dan harmoni dalam Gereja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar