SEJARAH JAZZ DI DUNIA
Jazz adalah jenis musik yang tumbuh dari penggabungan blues, ragtime,
dan musik Eropa, terutama musik band. Beberapa subgenre jazz adalah
Dixieland, swing, bebop, hard bop, cool jazz, free jazz, jazz fusion,
smooth jazz, dan CafJazz.Jazz adalah aliran musik yang berasal dari
Amerika Serikat pada awal abad ke-20 dengan akar-akar dari musik Afrika
dan Eropa.Musik jazz banyak menggunakan instrumen gitar, trombon, piano,
terompet, dan saksofon. Salah satu elemen penting dalam jazz adalah
sinkopasi.
Musik jazz pertama dari Amerika adalah benar-benar asli kontribusi
kepada dunia seni masyarakat. Periode 1930an dan pada tahun 1940-an
sampai sekarang adalah satu-satunya dalam sejarah ketika usia
popularitas jazz lainnya hilang cahayanya semua genre musik di AS Adalah
suatu masa yang dikenal sebagai era Big Band, dan selama itu ayunan
musik adalah raja.
Popularitas jazz, dan cara bermain dalam perubahan gaya musik, waned
setelah WWII. Namun band besar dari orang-orang seperti Duke Ellington,
Woody Herman, Count Basie dan lain-lain upheld tradisi di tahun 1970-an
dan seterusnya. Selain itu jazz kelompok kecil, terdiri dari kedua
mantan band besar era soloists musisi muda baru dan sama-sama, ada
lanjutan untuk memanfaatkan paralel distinctions banyak dari bahasa yang
mereka bermain di ayunan dan rekaman sejak jatuhnya band yang besar.
Demikian pula yang besar, pop jazz dan vocalists dari tahun 1950-an dan
1960-an yang digunakan oleh aturan dan instrumentasi arrangers dan
musisi yang berkaitan dengan sebelumnya, dan pemahaman, maka kata-kata
dari Big Band era.
Bahasa ayun masih hari ini diucapkan oleh sejumlah berbakat sekarang ini
modern dan musisi jazz band ayunan. Pertengahan tahun 1990-an
memperbaharuinya dalam ayunan musik adalah fueled by a swing dance
kebangkitan dari Lindy-hop jitterbug swing dan tarian. Hari ini sukses
dan sesi band-pemimpin yang acquiesce untuk merekam dan memutar musik
jazz yang swings melakukannya dengan pengetahuan yang menarik perhatian
adalah penggemar baru jazz agak mirip dengan rasa yang memuaskan dari
ayunan penari; besar bermain lebih mudah untuk memahami dan berhubungan
dengan ketika mengalir seperti itu didukung oleh halus, stabil, dan
lancar yang rhythms, banyak seperti yang populer di pertengahan 1930an.
SEJARAH MUSIK JAZZ DI INDONESIA
Musik jazz masuk Indonesia pertama kali pada tahun 30an. Yang dibawa
oleh musisi-musisi dari Filipina yang mencari pekerjaan di Jakarta
dengan bermain musik. Bukan hanya mentransfer jazz saja, mereka
juga memperkenalkan instrumen angin, seperti trumpet, saksofon, kepada
penikmat musik Jakarta. Mereka memainkan jazz ritme Latin, seperti
boleros, rhumba, samba dan lainnya.
Nama-nama musisi yang masih diingat adalah Soleano, Garcia, Pablo,
Baial, Torio, Barnarto dan Samboyan. Selain bermain di Jakarta, seperti
di Hotel Des Indes (sekarang Duta Merlin Plaza) dan Hotel Der
Nederlander (jadi kantor pemerintahan), mereka juga bermain di kota
lain, seperti di Hotel Savoy Homann – Bandung dan di Hotel Oranje
(Yamato) – Surabaya.
Pada tahun 1948, sekitar 60 musisi Belanda datang ke Indonesia untuk
membentuk orkestra simfoni yang berisi musisi lokal. Salah satu musisi
Belanda yang terkenal adalah Jose Cleber. Studio Orkestra Jakarta milik
Cleber mengakomodasi permainan musik California. Band-band baru
bermunculan seperti The Progressive Trio, Iskandar’s Sextet dan Octet
yang memainkan jazz dan The Old Timers yang memainkan repertoir
Dixieland.
Pada tahun 1955, Bill Saragih membentuk kelompok Jazz Riders. Ia
memainkan piano, vibes dan flute. Anggota lainnya adalah Didi Chia
(piano), Paul Hutabarat (vokal), Herman Tobing (bass) dan Yuse (drum).
Edisi selanjutnya beranggotakan Hanny Joseph (drum), Sutrisno (saksofon
tenor), Thys Lopis (bass) dan Bob Tutupoly (vokal).
Band jazz yang terkenal tahun 1945 – 1950 di Surabaya beranggotakan Jack
Lemmers (dikenal sebagai Jack Lesmana, ayah Indra Lesmana) pada
bass/gitar, Bubi Chen (piano), Teddy Chen, Jopy Chen (bass), Maryono
(saksofon), Berges (piano), Oei Boen Leng (gitar), Didi Pattirane
(gitar), Mario Diaz (drum) dan Benny Hainem (clarinet).
Nama-nama musisi jazz di Bandung tahun 50 – 60an adalah Eddy Karamoy
(gitar), Joop Talahahu (saksofon tenor), Leo Massenggani, Benny Pablo,
Dolf (saksofon), John Lepel (bass), Iskandar (gitar dan piano) dan
Sadikin Zuchra (gitar dan piano).
Musisi-musisi muda di Jakarta bermunculan tahun 70 – 80an. Di antaranya
Ireng Maulana (gitar), Perry Pattiselano (bass), Embong Raharjo
(saksofon), Luluk Purwanto (biola), Oele Pattiselano (gitar), Jackie
Pattiselano (drum), Benny Likumahuwa (trombon dan bass), Bambang Nugroho
(piano), Elfa Secioria (piano). Beberapa musisi muda lainnya
mempelajari rock dan fusion, tapi masih dalam kerangka jazz. Mereka
adalah Yopie Item (gitar), Karim Suweileh (drum), Wimpy Tanasale (bass),
Abadi Soesman (keyboard), Candra Darusman (keyboard), Joko WH (gitar)
dan lainnya.
Pertengahan tahun 80an, nama Fariz RM muncul. Ia lebih mengkategorikan
musiknya sebagai new age. Namun, beberapa komposisinya bernafaskan pop
jazz, bahkan latin. Indra Lesmana, Donny Suhendra, Pra B. Dharma, Dwiki
Darmawan, Gilang Ramadan membentuk Krakatau, dan akhirnya kelompok ini
bertransformasi menjadi Java Jazz, dengan mengganti beberapa personil.
Tahun 90an hingga sekarang, banyak sekali musisi dan kelompok jazz yang
terbentuk. Musik jazz yang dibawakan tidak lagi mainstream, namun hasil
distilasi berbagai musik seperti fusion, acid, pop, rock dan lainnya.
Sebut saja SimakDialog, Dewa Budjana, Balawan dan Batuan Ethnic Fusion,
Bali Lounge, Andien, Syaharani, Tompi, Bertha, Maliq & D’essentials
dan masih banyak lagi lainnya.
Musisi jazz biasanya banyak bermunculan di Jakarta, Bandung, Surabaya
dan Bali. Hal ini disebabkan arus musik jazz lebih banyak mengalir di
sana lewat pertunjukan jazz (JakJazz, Java Jazz Festival, Bali Jazz
Festival), sekolah musik jazz, studio rekaman dan kafe yang menampilkan
jazz. Seorang yang juga berjasa “mengalirkan” arus jazz ke Indonesia
adalah Peter F. Gontha, seorang pemilik JAMZ dan pendiri pemrakarsa Java
Jazz Festival. (AL/Angga, Berbagai sumber dan analisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar